"OOOH" gini ya masuk Singapura. Aku lihat dari ketinggian
pesawat, ketika pesawat sudah mulai mendarat pertama-tama disambut oleh dataran berwarna cokelat, lama-lama hijau tertata. Dalam hati "tumben ga ngerasain ears pop, alhamdulillah". Btw gue selalu mengambil posisi dekat
jendela dimanapun itu (entah mobil, kereta, pesawat, dll). Jadi sewaktu mengudara di
Indonesia, pemandangan dari atas memang hijauuuu semua dan dikelilingi
lautan. Tapi KENAPA yang setiap hari aku lihat tidak seindah dari atas?
Saat pesawat sudah mau mendarat, aku perhatikan dengan
seksama dataran Singapura. Banyak cokelatnya entah itu apa dan lahan hijau yang teratur. Terlihat minimalis tapi maksimal.
"Oh ini Singapura" pas keluar dari
pesawat. Setelah itu berjalan kearah bus bandara. Ah sama aja panas-panas juga, ya sama aja cuacanya. Tapi emang panas
yang ga bikin risih, ga kaya ditempat gue yang gampang banget kecium bau debu, asap
rokok, polusi lainnya. *hm tapi ini di Bandara sih* pas di jalan rayanya juga bersih kok karena minim kendaraan disana.
Wah Changi, aku harus explore Changi nih! Tidak ada rasa
takut atau apapun cuma agak grogi pas sama sekali ga ada komunikasi Wifi pun belom nemu. Akhirnya gue proaktif ke bagian informasi dan nanya gimana aktifin Wifi Changi, dan mereka meminta passport. Jadi tiap mau minta Wifi, langsung aja kasih passport lu. "Password wifi please, thank you" semua password di T1/T2/T3 beda semua, begitu juga kalau kalian tadinya di T1 terus pergi ke T2 dan kembali lagi ke T1 passwordnya beda lagi.
Ketika disana semua orang yg kuilhat aku sapa dengan bahagia hahaha andaikan mereka
tau bagaimana yang aku rasakan. Rasanya merdeka pas bisa ke LN pake uang sendiri.Oh ya, aku mendapatkan teman dari Myanmar, perempuan,
awalnya aku minta tolong fotoin. Hahah bahagia sekali
rasanya mengenal orang baru, lembaran baru. Aku ajak ngobrol dia, tukeran
sosial media, ya kenalan jangan langsung diputus gitu aja. Rugi. Ngobrol ya
pakai bahasa Inggris, tapi ya dialek mereka memang sangat kental jadi aku harus
pandai-pandai menerka apa yang diucapkan.
Saya berkeliling ke Terminal
1,2,3 dengan membawa brosur mengenai Changi Airport. Haha ternyata
ga bisa semuanya saya kunjungi, karena keterbatasan waktu dan sudah janjian sama
tante. Tapi sudah lama sih saya di Changi Airport, awalnya memang mau langsung
exit. Tapi dapat kabar dari tante untuk menunggu dulu sembari jemput sekolah anaknya, oke deh sekalian saya
berkeliling Bandara Changi.
Pas mau exit...
Kalo penerbangan internasional, keluar masuk harus lewat imigrasi men. Jangan keluar lewat pintu exit sembarangan hehe. Emang mengantre dan jangan sekali-kali nyelak, ga sopan ey.
Waktu saya di imigrasi keluar, saya sapa Ibunya sambil ngambil permen fox ala Changi. Intinya disitu saya diperingatkan bahwa lain kali tidak boleh berlama-lama di dalam, nanti malah
mengiranya kamu ada urusan apa disana?! (kenapa saya pakai tanda seru, soalnya
ibu-ibu imigrasinya kaga nyantai men ngomongnya sambil curiga abis, dikiranya gue TKW Illegal kali ya. Apalagi pas
saya ada kesalahan ngisi di white cardnya, salah ngisi alamat. Ya nulis alamat
disana beda ga kaya di Indonesia). Nih misal 18-360, saya kira nomor alamat pos, mirip kaya alamat pos kan? Dan dia tidak memberitahu ke gue langsung gimana cara bacanya, maksudnya apa, malah ngetest kaya ga suka banget gue masuk SG. Envy ya, ga ada liburan?
Tapi setelah selang beberapa menit lama-lama dia jelasin (Ga berharap banget dijelasin dengan cara itu) itu adalah apartemen lantai 18 nomor 360. (Ok thanks) Dan dia bahas lagi mengenai saya yg 3 jam nunggu
di bandara (asli ga bisa move on ya Bu, thanks udah ngingetin) dan saya jawab sesingkat mungkin.
"OK" (HAHAHA) Peace love and gaul,
buk! ;) salam sejahtera, josh. Gue berhadapan dengan orang imigrasi si ibu-ibu tadi bener-bener bukan ngerasain ketegasan akan peraturan, tapi entahlah kaya orang ga suka. Dikira gue TKW Illegal kali ya, jelas-jelas mau liburan, ga percaya banget, sewot banget sumpah ibu-ibunya. hahha fix cutinya udah abis yes bu?
Nah, sewaktu di Changi Airport aku dijemput oleh tanteku yang sudah
lama sekali tidak bertemu 10 tahun. Haha tau-tau ketemu gede aja. Ternyata
beliau ditemani oleh seorang temannya. Di Singapura itu pakai bahasa
Mandarin bukan bahasa Inggris Amerika. Tapi dengan aksen British dicampur mandarin gitu, karena SG dulu jajahan Inggris.
Contohnya kaya, nyebut "NICE" kita bacanya "nais" kan, nah mereka bacanya gini "naise laah". Kita jajahan Belanda dan Jepang, tapi ga ada tuh sliweran bahasa Belanda atau Jepang haha. Cukup bahasa tradisional yg unik aja. <3 Indonesia, keep friendly Indonesian!