Minggu, 28 Februari 2016

Minggu, 21 Februari 2016

Kedatangan Pertama di Changi Airport

"OOOH" gini ya masuk Singapura. Aku lihat dari ketinggian pesawat, ketika pesawat sudah mulai mendarat pertama-tama disambut  oleh dataran berwarna cokelat, lama-lama hijau tertata. Dalam hati "tumben ga ngerasain ears pop, alhamdulillah". Btw gue selalu mengambil posisi dekat jendela dimanapun itu (entah mobil, kereta, pesawat, dll). Jadi sewaktu mengudara di Indonesia, pemandangan dari atas memang hijauuuu semua dan dikelilingi lautan. Tapi KENAPA yang setiap hari aku lihat tidak seindah dari atas?

Saat pesawat sudah mau mendarat, aku perhatikan dengan seksama dataran Singapura. Banyak cokelatnya entah itu apa dan lahan hijau yang teratur. Terlihat minimalis tapi maksimal. 

"Oh ini Singapura" pas keluar dari pesawat. Setelah itu berjalan kearah bus bandara. Ah sama aja panas-panas juga, ya sama aja cuacanya. Tapi emang panas yang ga bikin risih, ga kaya ditempat gue yang gampang banget kecium bau debu, asap rokok, polusi lainnya. *hm tapi ini di Bandara sih* pas di jalan rayanya juga bersih kok karena minim kendaraan disana.

Wah Changi, aku harus explore Changi nih! Tidak ada rasa takut atau apapun cuma agak grogi pas sama sekali ga ada komunikasi Wifi pun belom nemu. Akhirnya gue proaktif ke bagian informasi dan nanya gimana aktifin Wifi Changi, dan mereka meminta passport. Jadi tiap mau minta Wifi, langsung aja kasih passport lu. "Password wifi please, thank you" semua password di T1/T2/T3 beda semua, begitu juga kalau kalian tadinya di T1 terus pergi ke T2  dan kembali lagi ke T1 passwordnya beda lagi. 

Ketika disana semua orang yg kuilhat aku sapa dengan bahagia hahaha andaikan mereka tau bagaimana yang aku rasakan. Rasanya merdeka pas bisa ke LN pake uang sendiri.Oh ya, aku mendapatkan teman dari Myanmar, perempuan, awalnya aku minta tolong fotoin. Hahah bahagia sekali rasanya mengenal orang baru, lembaran baru. Aku ajak ngobrol dia, tukeran sosial media, ya kenalan jangan langsung diputus gitu aja. Rugi. Ngobrol ya pakai bahasa Inggris, tapi ya dialek mereka memang sangat kental jadi aku harus pandai-pandai menerka apa yang diucapkan. 

Saya berkeliling ke Terminal  1,2,3 dengan membawa brosur mengenai Changi Airport. Haha ternyata ga bisa semuanya saya kunjungi, karena keterbatasan waktu dan sudah janjian sama tante. Tapi sudah lama sih saya di Changi Airport, awalnya memang mau langsung exit. Tapi dapat kabar dari tante untuk menunggu dulu sembari jemput  sekolah anaknya, oke deh sekalian saya berkeliling Bandara Changi. 

Pas mau exit...

Kalo penerbangan internasional, keluar masuk harus lewat imigrasi men. Jangan keluar lewat pintu exit sembarangan hehe. Emang mengantre dan jangan sekali-kali nyelak, ga sopan ey.
Waktu saya di imigrasi keluar, saya sapa Ibunya sambil ngambil permen fox ala Changi. Intinya disitu saya diperingatkan bahwa lain kali tidak boleh berlama-lama di dalam, nanti malah mengiranya kamu ada urusan apa disana?! (kenapa saya pakai tanda seru, soalnya ibu-ibu imigrasinya kaga nyantai men ngomongnya sambil curiga abis, dikiranya gue TKW Illegal kali ya. Apalagi pas saya ada kesalahan ngisi di white cardnya, salah ngisi alamat. Ya nulis alamat disana beda ga kaya di Indonesia). Nih misal 18-360, saya kira nomor alamat pos, mirip kaya alamat pos kan? Dan dia tidak memberitahu ke gue langsung gimana cara bacanya, maksudnya apa, malah ngetest kaya ga suka banget gue masuk SG. Envy ya, ga ada liburan?

Tapi setelah selang beberapa menit lama-lama dia jelasin (Ga berharap banget dijelasin dengan cara itu) itu adalah apartemen lantai 18 nomor 360. (Ok thanks) Dan dia bahas lagi mengenai saya yg 3 jam nunggu di bandara (asli ga bisa move on ya Bu, thanks udah ngingetin) dan saya jawab sesingkat mungkin. 
"OK" (HAHAHA) Peace love and gaul, buk! ;) salam sejahtera, josh. Gue berhadapan dengan orang imigrasi si ibu-ibu tadi bener-bener bukan ngerasain ketegasan akan peraturan, tapi entahlah kaya orang ga suka. Dikira gue TKW Illegal kali ya, jelas-jelas mau liburan, ga percaya banget, sewot banget sumpah ibu-ibunya. hahha fix cutinya udah abis yes bu?


Nah, sewaktu di Changi Airport aku dijemput oleh tanteku yang sudah lama sekali tidak bertemu 10 tahun. Haha tau-tau ketemu gede aja. Ternyata beliau ditemani oleh seorang temannya. Di Singapura itu pakai bahasa Mandarin bukan bahasa Inggris Amerika. Tapi dengan aksen British dicampur mandarin gitu, karena SG dulu jajahan Inggris.
Contohnya kaya, nyebut "NICE" kita bacanya "nais" kan, nah mereka bacanya gini "naise laah". Kita jajahan Belanda dan Jepang, tapi ga ada tuh sliweran bahasa Belanda atau Jepang haha. Cukup bahasa tradisional yg unik aja. <3 Indonesia, keep friendly Indonesian!

Rabu, 17 Februari 2016

Kebingungan selanjutnya setelah tiket sudah ditangan

Tiket pulang pergi sudah ditangan, sudah dibayar sebelum tenggat waktu pembayaran berakhir (biasanya sejam aja). Tepatnya waktu itu tanggal 20 Januari. Sedangkan jadwal keberngkatanku adalah tanggal 3 Februari.  Setidaknya butuh waktu kurang lebih 2 minggu saja. Dipertengahan dua minggu itu, aku harus pergi ke Surabaya bukan dalam rangka pulang kampung, tetapi ada pernikahan saudaraku disana. Aku pergi mulai tanggal 28 Januari sampai tanggal 01 Februari.
Sepertinya lebih baik aku buat list tanggal supaya lebih gampang dibayangkan;
20 Januari: Tiket terbayar
28 Januari: Berangkat ke Surabaya
01 Februari: Tiba dirumah
03 Februari: Berangkat ke Changi Airport
Artinya jadwalku sudah padat dan tersisa sedikit untuk persiapan, persiapan perdana keluar negeri sendirian yang seharusnya dipikirkan matang-matang. Haha waktunya berburu dengan waktu! Selang waktu tanggal 20-28 Januari juga tidak kosong begitu saja, masih ada aja aktivitas lain-lain.
Kebingungan terus melanda, sambil terus berusaha....
1.       Aku disana sama siapa jalan-jalannya?
2.       Berapa dollar yang bakalan aku tukerin?
3.       Bagaimana musim disana?
4.       Tempat mana saja yang akan aku kunjungi dan bagaimana caranya?
5.       Bawa oleh-oleh apa aja ya kesana?
6.       Baju, tas, sepatu apa yang sesuai buat menunjang perjalanan disana?
7.       Gooooooooh tarik nafas dalam-dalam!

Mendadak saya seperti ada di arena berburu, hm padahal saya termasuk orang yang sangat simpel, santai, efektif dan efisien (menurut versi saya sendiri). Tapi perlu diketahui, justru orang simple yang membayar keribetan diawal-awal. Ya gue banget. Stress diawal. Bingung pasti ada tapi kelihatannya santai, jadilah orang rumah yang mulai terlihat khawatir akan sikap nyantai ini. Mulai nanya A sampai Z,lebih banyak ngasih pertanyaan yang sudah bosen mondar-mandir diotak, yang aku butuhkan hanyalah solusi bukan timbunan pertanyaan yang berefek pada makin nyantainya sikap ini. Aneh-emang.

Balik lagi ke proses kebingungan tadi, mulai mencari-cari kawan travelling dari satu web ke web lain terutama ke backpackerindonesia.com,
nyari host berharap ada yang bersedia memberi tempat tinggal sementara dirumahnya lewat web couchsurfing, subhanallah susah banget nyari akhwat, duh jangan akhwat deh- nyari yang muslim aja susah. Mendadak terharu bisa jadi WNI. Seriusan terharu, Bayangin aja susah banget nyari orang muslim.

Okelah sampai aku beberapa kali ganti konten promosi nyari temen, yg awalnya jujur banget kaya curhat-sampai jadi yang paling simpel. Dan intinya kalo serius, silahkan hubungi langsung ke line saya. Banyak sih yang nge-add, tapi hanya sedikit yang ngechat. Konyolnya itu, ada aja yg nanyain “udah punya tiket belom?, kapan berangkatnya?, berapa lama disana?” haduh padahal kalo cermat baca, informasi itu udah aku capslock mas-mba hehe :D
ada yang ngajak mau, tapi jadwal keberangkatannya beda. Aku sudah pulang, kamunya baru datang. Hahaha udah gausah bilanggg. Akhirnya sampai dipertengahan tuh ada yang emang niat mau ke KL via jalur darat bisa kereta atau bus. Nah,saya coba deh ke Malaysia juga. Masa iya di Singapura aja nanti. Dan emang susah banget ya nyari temen perempuan kalo travelling  ke luar negeri gini, yg penting seiman juga alhamdulillah atau mentok banget yg penting orang Indonesia dan baik.

Ga itu aja, saya juga bacain blog orang-orang sampai ketemu blog yang itu lagi, tapi tetep dibaca dan makin ngantri di daftar bookmarks. Andai itu blog bisa gue ajak ngoomong hahah

Hash! Sebuah kesibukan yang dibuat sendiri. Dari semua itu, gak ada yang serba kilat responnya- bahkan ada yang sama sekali tidak ada respon! (ga nyantai)

Selasa, 16 Februari 2016

Menggapai Serpihan Mimpi

Aku sebut itu serpihan mimpi.

1Mimpi yang Akhirnya Menjadi Kenyataan
"
 Mimpi adalah sebuah keinginan besar bagaikan angan-angan jauh tinggi disana, sehingga rasanya seperti mimpi- menyampurkan hukum ketidakpastian menjadi pasti dalam tekad. Menginjakkan kaki di luar negeri adalah salah satu mimpiku. Berawal dari permulaan yang besar, membuat sebuat passport seharga Rp 355.000 dengan uang pribadi mungkin bukanlah hal yang mudah untuk seorang mahasiswa tanpa pendapatan tetap ini. Tapi ini adalah salah satu modal pokok untuk menembus mimpiku. (Pas banget waktu itu pengeluaran lagi banyak hahaha-tenanglah uang akan selalu beredar dan tertidur didalam rekening empunya)

Passport sudah ditangan, aku bolak-balik perhalaman rasanya kosong sekali. Tidak ada sejarah perjalanan didalam lembar-lembar visa.Sebenarnya aku pun tidak tahu perhalaman visa itu akan diisi apa? Gunanya untuk apa? Atau hanya buat menuh-menuhin passport aja supaya terlihat tebal?

Seringkali juga aku merasakan kecewa oleh berbagai website maskapai penerbangan, karena harga penerbangan yang cepat sekali berubah-ubah dalam hitungan menitnya tidak sesuai dengan diriku yang berharap terlalu tinggi #korbanphpmaskapai. Terkadang ada tulisan merah kecil dibawah harganya, menunjukkan keterangan “one limited seat”.  Kuota internet harus mumpuni kecepatannya dan uang di ATM harus tersedia.

Negeri Singapura, berisikan kota-kota kecil yang maju merata, dengan kurs dollar yang cukup tinggi, serta harga-harga yang termahal di Asean. Aku sangat ingin mengetahui bagaimana Singapura sebenarnya. Akhirnya mantaplah aku menulis tujuan penerbangan ke Singapura memilih dengan harga terbaik pastinya. Tapi aku bingung kalau aku memilih opsi sekali pergi atau pulang pergi?
Sebab, kalau aku membeli hanya one way berarti aku beli tiket pulangnya dengan mata uang dollar. OMG! Susah sekali menemukan tiket Singapura-Jakarta dengan pembayaran mata uang rupiah, sedangkan waktu terus berjalan.
Lalu aku pilih opsi pulang pergi dan lagi-lagi aku harus meredam gejolak mimpi, karena harga berangkatnya murah, tetapi harga pulang ke Indonesianya cukup menguras dompet saya. Lagi-lagi harus realistis haha

Akhirnya saya mengalah, dan menjalani hidup sederhana seperti biasanya dengan mengeluarkan rupiah dengan sesuai kebutuhan saja demi mendapatkan masa depan pengalaman baru yang lebih berkelas.

Beberapa kesempatan saya coba dan coba lagi di setiap kesempatan, akhirnya dapat juga tiket pulang pergi seharga Rp 700.000 rasanya saya bahagia luar biasa seperti mendapatkan penghargaan dan diteriaki para penonton atas kemenangan saya.  Whahaha!