Duh aku ini bukan siapa-siapa, tapi kenapa harus membicarakan kesibukan. Mungkin ini bukan kesibukan tapi ini urusan yang aku kehendaki untuk aku sibuki atau aku tinggalkan.
Aku suka dengan kegiatan tapi akan ku hiraukan jika urusan itu merenggangkan ku pada pengabdian sejatiku, kepada orang yang lebih pantas untuk aku layani, orang tuaku.
Aku begini atau begitu, semua berkat bantuan nyata dan doa dari ibu bapakku.
Tidak sampai hati aku meninggalkan mereka. Apalagi jika salah satu dari mereka telah mengamanahiku sesuatu. Permintaan mereka tidak akan aku abaikan.
Meskipun idealisnya begitu, aku terkadang menemukan ada saja penghalang niatku itu.
Jujur saja, untuk urusan penting lainnya akan aku kalahkan jika berbenturan dengan urusan orang tua. Pengabdian sejatiku tidak akan ku sia-siakan.
Selama aku masih bisa melihatnya langsung, tanpa angan belaka.
Sebelum semuanya terlambat.
Sebelum hanya dataran tanah dan batu nisan yang kuratapi.
Sebelum mereka enggan meminta bantuan kepadaku karena kesibukanku yang fana ini.
Bapak ibuku adalah keramatku, ridhanya Tuhanku,
Tak apa orang banyak yang memarahiku karena egois ini.
Beginilah cara mainku, aku akan tenang bekerja seiring aku mengabdi pada yang sejati. Tidak meninggalkan salah satu urusanku yang lain asalkan biarkan aku ada saat dia memintaku.
Aku sudah biasa bekerja ke beberapa arah dalam satu waktu.
Aku lebih tenang akan hal itu.
Ku tahu dan kalian pun tahu, penyesalan itu datangnya terlambat, penyesalan itu ditanggung sendiri.
Jadi aku tidak mau menyesal seorang diri hanya karena kehilangan kemurnian cinta diantara aku dan orang tuaku.
Aku suka dengan kegiatan tapi akan ku hiraukan jika urusan itu merenggangkan ku pada pengabdian sejatiku, kepada orang yang lebih pantas untuk aku layani, orang tuaku.
Aku begini atau begitu, semua berkat bantuan nyata dan doa dari ibu bapakku.
Tidak sampai hati aku meninggalkan mereka. Apalagi jika salah satu dari mereka telah mengamanahiku sesuatu. Permintaan mereka tidak akan aku abaikan.
Meskipun idealisnya begitu, aku terkadang menemukan ada saja penghalang niatku itu.
Jujur saja, untuk urusan penting lainnya akan aku kalahkan jika berbenturan dengan urusan orang tua. Pengabdian sejatiku tidak akan ku sia-siakan.
Selama aku masih bisa melihatnya langsung, tanpa angan belaka.
Sebelum semuanya terlambat.
Sebelum hanya dataran tanah dan batu nisan yang kuratapi.
Sebelum mereka enggan meminta bantuan kepadaku karena kesibukanku yang fana ini.
Bapak ibuku adalah keramatku, ridhanya Tuhanku,
Tak apa orang banyak yang memarahiku karena egois ini.
Beginilah cara mainku, aku akan tenang bekerja seiring aku mengabdi pada yang sejati. Tidak meninggalkan salah satu urusanku yang lain asalkan biarkan aku ada saat dia memintaku.
Aku sudah biasa bekerja ke beberapa arah dalam satu waktu.
Aku lebih tenang akan hal itu.
Ku tahu dan kalian pun tahu, penyesalan itu datangnya terlambat, penyesalan itu ditanggung sendiri.
Jadi aku tidak mau menyesal seorang diri hanya karena kehilangan kemurnian cinta diantara aku dan orang tuaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pilih ANONIM untuk mengirim komentar :jika ingin dirahasiakan nama pengirim atau jika anda menemukan kesulitan dalam mengirim komentar: Well i am wait...