Senin, 29 Desember 2014

Orang Jepang Disiplin ?

Jadi waktu hari Selasa beberapa hari yang lalu ada orang Jepang yang datang ke kampusku. Sebut saja namanya Hiroshima, beliau bekerja di Indonesia sudah sekitar 5 tahunan.

Sebenarnya sebelumnya aku enggan datang ke acara ini, tapi setelah aku lihat narasumbernya adalah orang luar negeri yaitu dari Jepang. Maka ku datangi acara itu.
Ya dan menariknya dan anehnya si Hiroshima ini ga bisa pake bahasa Indonesia beliau menggunakan penerjemah hahaha

Oke aku sudah mencatat beberapa bagian-bagian penting dan menarik yang harus aku bagikan kepada kita semua (Orang Indonesia)

Point:

Kebudayaan di Jepang itu kalau makan harus habis, bukan karena takut nasi nya nangis seperti ibu-ibu Indonesia bujuk kepada anaknya ataupun seperti kata Agama islam mengajarkan bahwa hal itu mubazir. Tetapi mereka beranggapan jika kita tidak menghabiskan makanan maka itu akan megurangi rasa syukur ada petani yang telah menanam. Wah mereka sangat menghargai tenaga manusia ya :) dan pastinya lebih masuk logika yang berefek pada pendidikan moral

Terus orang Jepang juga disiplin dan rapih kan? Kenapa? Ternyata dari kecil sudah di didik seperti itu.
Nih diceritain juga, kalau anak-anak mereka pulang sehabis main atau berpergian kalau menaruh alas kaki nya sembarangan, anak-anak tersebut pasti dimarahi ibunya.
Wah disiplin banget ya.
Kesannya memang galak, tapi itulah ketegasan.
Lebih baik meluruskan pohon yang baru tumbuh dan masih muda dari pada meluruskan pohon yang sudh tua dan membatu.

Itulah contoh kebudayaan jepang yang Hiroshima ceritakan hehehe, cuma dua contoh ya. Tapi semoga saja terlaksana dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sabtu, 06 Desember 2014

Kejahatan Sosial Media

Sekali-kali jangan pernah mencintai seseorang yang bersumber dari sosial media. Pokoknya jangan sampai deh kamu jatuh cinta abstrak, ga jelas asal usulnya kaya gitu. Cinta memang melumpuhkan logika. Paling susah juga menasihati orang yang sedang jatuh cinta. Tapi kalau orangnya memang real dan kamu mengetahui secara pasti dan jelas, itu beda cerita. Berarti orang yang kamu temui di sosial media adalah benar keberadaannya.

Emang kamu masih muda pastinya masih sering salah. Tapi please lah salahnya memang dalam bentuk yang konkret (nyata) aja. Bukan kesalahan dalam tanda tanya yg belum terjawab gitu.

Toh  kalau kamu pasrah, kamu pasti akan tenang, dan  pastinya perbuatanmu juga mengarah pada perbaikan diri.

Jangan sampai ya saudara saudari terjerat kejahatan sosial media.
Akibatnya bisa fatal dan minimalnya kamu bisa aja ngerasain trauma. (Emang mau trauma?)